Mereka adalah Bapak Ahmad Kusaini dan Ibu
Wahyu Candra Dwi Safitri, yang perjuangannya menembus jalan setapak demi
memberikan pendidikan terbaik layak kita jadikan teladan.
1. 🏞️ Petualangan Belajar di Pelosok Pedesaan: Praktik Baik Bapak
Ahmad Kusaini di SDN 2 Mangin Korwilcam Bidang Pendidikan Kecamatan
Karangrayung
Bapak Ahmad Kusaini, seorang guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, adalah penggerak semangat di SD Negeri 2 Mangin.
Lokasi sekolah beliau berada di salah satu desa di Kecamatan Karangrayung,
cukup jauh dari pusat Kecamatan. Setiap hari, Pak Ahmad Kusaini harus melewati
jalan kecil, belum beraspal, licin saat musim hujan, serta melintasi hutan jati
dan perkebunan jagung. Namun, rintangan alam ini tidak pernah sedikit pun
memudarkan semangatnya untuk mendidik.
Murid-murid di SDN 2 Mangin selalu menyambutnya dengan
gembira, sebab pembelajaran Pak Ahmad Kusaini selalu menarik dan kreatif.
Praktik baik beliau yang paling mengagumkan adalah inovasi “Outdoor Dif-Lab”
(Differentiated Learning Adventure Base).
Apa itu Outdoor
Dif-Lab? Inovasi ini mengubah halaman sekolah menjadi arena petualangan belajar.
Murid menggunakan smartphone
untuk:
- Memindai QR Code guna
mengakses petunjuk dan perintah.
- Berpetualang di sekitar sekolah, mencari
petunjuk, dan memecahkan tantangan.
Model ini memungkinkan murid belajar sambil bermain, yang secara signifikan meningkatkan semangat dan pemahaman mereka. aplikasi ini menggunakan smartphone untuk dapat menjalankannya, pertama murid men-scan QR Code untuk mengakses petunjuk yang ada, setelah mendapatkan petunjuk lalu murid diberikan perlengkapan untuk berpetualang dihalaman sekitar sekolah untuk mencari petunjuk dan perintah yang diberikan dari aplikasi tersebut. dengan kegiatan tersebut murid lebih semangat untuk belajar karena mereka belajar sekaligus bermain untuk menambah pengetahuan. Yang lebih cerdas lagi, aplikasi ini mengakomodasi berbagai gaya belajar visual, audio, dan membaca teks. Berdasarkan hasil asesmen diagnostik awal, Pak Ahmad Kusaini menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan semangat meaningful, mindful, dan joyful learning.
Sungguh sebuah inspirasi, bagaimana keterbatasan
lokasi justru melahirkan inovasi digital yang membuat belajar menjadi
petualangan seru!
2. 💻 Mengakses Dunia dari Tengah Hutan Jati: Praktik Baik
Ibu Wahyu Candra di SDN 2 Gunungtumpeng Korwilcam Bidang Pendidikan Kecamatan
Karangrayung
Kisah inspiratif berlanjut pada Ibu Wahyu Candra Dwi
Safitri, guru di SD Negeri 2 Gunungtumpeng. Sekolah ini terletak di Desa
Gunungtumpeng, sebuah desa terpencil yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Boyolali, dikelilingi oleh hutan jati dan perkebunan jagung. Perjalanan menuju ke sini menuntut
semangat yang luar biasa; melalui jalan tanah dan bebatuan yang kecil dan
curam.
Meski demikian, Ibu Wahyu Candra adalah garda terdepan
yang bertekad memperkenalkan kecanggihan teknologi kepada
murid-muridnya. Keterbatasan sarana, minimnya penggunaan smartphone,
hingga sulitnya sinyal seluler tidak dianggap sebagai halangan, melainkan
tantangan. Beliau percaya bahwa dengan teknologi, murid berpeluang menjadi
pencipta yang menginspirasi, bukan hanya penikmat karya.
Praktik baik Ibu Wahyu Candra diberi nama "TEMBIKAR",
singkatan dari Tempat Buah Pikiran dan Hasil Karya.
Apa itu TEMBIKAR?
TEMBIKAR adalah sebuah platform digital (berbasis microsite s.id)
yang berfungsi sebagai wadah untuk menampung berbagai karya murid baik yang
dibuat secara digital maupun manual. Inisiatif ini muncul sebagai respons
terhadap hasil Rapor Pendidikan 2025 yang menunjukkan literasi murid masih
dalam kategori sedang.
Dampak TEMBIKAR:
- Murid menjadi
lebih produktif dan semangat untuk berkreasi.
- Menggunakan aplikasi seperti Canva, mereka bisa membuat
puisi, cerita bergambar, poster, dan lainnya.
- Setiap murid
mendapatkan kesempatan yang sama dan belajar menghargai karya teman.
Meskipun tantangannya adalah keterbatasan sarana
(murid harus menggunakan smartphone sendiri), kegiatan ini membuat
murid-murid senang dan termotivasi. Perjuangan Ibu Wahyu Candra membuktikan
bahwa hasrat tulus untuk mencerdaskan anak bangsa jauh lebih kuat daripada
segala keterbatasan yang ada.
🌟 Penutup:
Inspirasi dari Ujung Negeri
Bapak Ahmad
Kusaini dan Ibu Wahyu Candra Dwi Safitri adalah dua contoh nyata guru yang
tidak hanya mengajar, tetapi juga berinovasi. Mereka mengubah rintangan
geografis dan keterbatasan teknologi menjadi pemicu lahirnya ide-ide kreatif
dan berdiferensiasi. Mereka mengajarkan kita bahwa semangat meaningful,
mindful, dan joyful learning bisa diaplikasikan di mana pun, bahkan
di sekolah yang paling terpencil sekalipun.
Dedikasi mereka
adalah pengingat bahwa pendidikan sejati adalah tentang menemukan cara agar
setiap anak, di mana pun lokasinya, mendapatkan kesempatan yang sama untuk
menjadi versi terbaik dari dirinya.

Terima kasih atas kunjungan Anda